Lembaga survei, Nielsen, menemukan fakta bahwa konsumen Indonesia
merupakan salah satu negara yang gemar menabung di kawasan Asia Pasifik.
Sebanyak 68 persen masyarakat Indonesia diperkirakan memiliki rencana
untuk menabung dari hasil penghasilannya.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Taiwan dengan persentase masyarakat yang berniat menabung sebanyak 67 persen, dan Singapura 66 persen. Namun, kebiasan menabung warga Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Hong Kong yang mencapai 71 persen.
Hasil temuan tersebut disampaikan Managing Director Nielsen Indonesia, Cahterine Eddy, dalam keterangan pers 'Kepercayaan Konsumen' di Jakarta, Rabu, 9 November 2011.
Nielsen menemukan, setelah menabung, konsumen Indonesia kemudian menghabiskan uangnya untuk liburan sebesar 29 persen, membayar cicilan 29 persen, dan membeli produk teknologi terbaru 28 persen.
Catherine mengatakan, konsumen Indonesia terbilang unik karena ternyata 86 persen responden Indonesia menyatakan kondisi keuangan pribadi dalam kondisi bagus, lebih tinggi dibandingkan Brasil 78 persen dan India 77 persen.
Bahkan, dia melanjutkan, sebanyak 9 dari 10 penduduk Indonesia optimistis dengan kondisi keuangan pribadi. "Walaupun optimis dengan kondisi keuangan mereka, konsumen Indonesia saat ini berhati-hati menghabiskan uang mereka untuk membeli kebutuhan," katanya.
Selain optimistis terhadap keuangan pribadi, konsumen Indonesia juga yakin pada mudahnya mencari pekerjaan di Indonesia. Banyaknya investor asing yang hendak berinvestasi di Indonesia menaikkan optimisme responden dari 56 persen menjadi 69 persen pada kuartal III-2011.
Sebagai informasi, survei yang digelar Nielsen ini dilakukan secara online dengan responden mencapai 28 ribu konsumen dari 56 negara, termasuk Asia Pasifik dan Eropa. Untuk Indonesia terdapat 500 konsumen yang dianggap mewakili 29 juta penduduk Indonesia kelas menengah A dan B atau kelas menengah ke atas. (art)
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Taiwan dengan persentase masyarakat yang berniat menabung sebanyak 67 persen, dan Singapura 66 persen. Namun, kebiasan menabung warga Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Hong Kong yang mencapai 71 persen.
Hasil temuan tersebut disampaikan Managing Director Nielsen Indonesia, Cahterine Eddy, dalam keterangan pers 'Kepercayaan Konsumen' di Jakarta, Rabu, 9 November 2011.
Nielsen menemukan, setelah menabung, konsumen Indonesia kemudian menghabiskan uangnya untuk liburan sebesar 29 persen, membayar cicilan 29 persen, dan membeli produk teknologi terbaru 28 persen.
Catherine mengatakan, konsumen Indonesia terbilang unik karena ternyata 86 persen responden Indonesia menyatakan kondisi keuangan pribadi dalam kondisi bagus, lebih tinggi dibandingkan Brasil 78 persen dan India 77 persen.
Bahkan, dia melanjutkan, sebanyak 9 dari 10 penduduk Indonesia optimistis dengan kondisi keuangan pribadi. "Walaupun optimis dengan kondisi keuangan mereka, konsumen Indonesia saat ini berhati-hati menghabiskan uang mereka untuk membeli kebutuhan," katanya.
Selain optimistis terhadap keuangan pribadi, konsumen Indonesia juga yakin pada mudahnya mencari pekerjaan di Indonesia. Banyaknya investor asing yang hendak berinvestasi di Indonesia menaikkan optimisme responden dari 56 persen menjadi 69 persen pada kuartal III-2011.
Sebagai informasi, survei yang digelar Nielsen ini dilakukan secara online dengan responden mencapai 28 ribu konsumen dari 56 negara, termasuk Asia Pasifik dan Eropa. Untuk Indonesia terdapat 500 konsumen yang dianggap mewakili 29 juta penduduk Indonesia kelas menengah A dan B atau kelas menengah ke atas. (art)