Pohon yang telah berusia ratusan tahun itu tumbang oleh angin puting beliung yang menerjang wilayah Hargosar, Selasa sore. Pohon itu roboh menimpa dan merusak bagian depan Masjid An Nashr di tengah Pedukuhan Candisari.
TRIBUNJOGJA / M FATONI Pohon tua di dusun Candisari, Hargosari, kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul beridri sendiri setelah tumbang |
Esok harinya warga dibantu oleh pihak koramil memotong pohon yang tumbang dan melintang di jalan desa tersebut. Setelah berhasil memotong pohon tersebut, warga beristirahat makan siang sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, ketika warga bermaksud menyingkirkan potongan pohon, mereka terkejut karena bagian bawah pohon tersebut telah berdiri tegak kembali seolah tak pernah roboh.
"Saya tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi, tau-tau pohon sudah berdiri lagi," ujar Kepala Dukuh Candisari Jumeno.
Peristiwa itu pun kontan mendapat perhatian warga sekitar. Mereka langsung mendatangi lokasi pohon yang dikeramatkan tersebut untuk menyaksikan langsung. Menurut Jumeno, sebelum tumbang, tinggi pacak suci sekitar 16 meter. Setelah tumbang dan dipotong, bagian bawah pohon keramat yang kembali berdiri tersebut tingginya sekitar 4 meter.
"Tadinya udah jebol sampai akar-akarnya, ini sekarang akarnya sudah kembali menyatu dan tegak seperti enggak pernah roboh," ujar kepala dukuh.
Menurut pengakuan seorang warga, Nuryadi, ia mendengar bunyi aneh saat dirinya beristirahat di dekat pohon tersebut. Saat itu Nuryadi mengatakan posisi duduknya membelakangi pohon yang telah dipotong menjadi beberapa bagian itu sambil mengobrol dengan beberapa warga.
"Saya dengar bunyi 'kresek' begitu, terus pas noleh ternyata pohonnya sudah berdiri lagi, langsung saya lapor Pak dukuh," katanya.
Seorang sesepuh desa, Harno (70), mengatakan, pohon tersebut telah berada di tempat itu sejak lama. Pohon tersebut juga dipercaya sebagai cikal bakal adanya Desa Hargosari. "Candisari ini, kan, pedukuhan tertua di Hargosari dan pacak suci adalah semacam pasak utama penyangga desa," tutur Harno.
Dengan kejadian tersebut, kepala dukuh dan para sesepuh desa sepakat untuk tidak memotong pacak suci itu. Mereka meyakini bahwa pohon keramat tersebut memang tidak boleh dipotong."Ya, mungkin yang 'menunggu' pacak suci tidak rela untuk dipotong," kata Jumeno.