Kebun Raya Eka Karya
Pulau Bali selalu identik dengan Pantai Kuta dan Tanah Lot. Hampir sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Bali menyempatkan diri untuk singgah ke dua tempat tersebut. Nyatanya, selain Kuta dan Tanah Lot, ada lagi obyek wisata yang sayang jika dilewatkan saat mengunjungi Pulau Dewata ini. Obyek wisata tersebut adalah Kebun Raya “Eka Karya” Bali, atau yang juga dikenal sebagai Kebun Raya Bedugul karena terletak di daerah Bedugul.
Kebun Raya Bali merupakan satu dari empat kebun raya yang ada di Indonesia, yakni Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Purwodadi. Dari keempat kebun raya yang ada di Indonesia tersebut, Kebun Raya Bali merupakan kebun raya dengan usia termuda – usianya tahun ini 51 tahun – dan satu-satunya kebun raya yang didirikan oleh putra-putri daerah tanpa campur tangan pihak kolonial Belanda.
Terciptanya Kebun Raya Bali berawal dari gagasan Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo (Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam yang merangkap sebagai Kepala Kebun Raya Indonesia) dan I Made Taman (Kepala Lembaga Pelestarian dan Pengawetan Alam) untuk mendirikan cabang kebun raya di luar Pulau Jawa. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya dipilihlah Bali sebagai lokasi kebun raya yang baru. Tepat pada tanggal 15 Juli 1959, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo meresmikan Kebun Raya Bali. Nama Eka Karya sendiri diusulkan oleh I Made Taman. “Eka” berarti satu, sedangkan “karya” berarti hasil kerja. Jadi, Eka Karya dapat diartikan sebagai rebun raya pertama yang didirikan atas hasil kerja keras bangsa Indonesia setelah mengalami kemerdekaan.
Kawasan Kebun Raya Bali berada pada ketinggian 1.250-1.450 m dpl dengan suhu 18-20 derajat celcius. Pada awalnya, kebun raya yang memiliki ciri khas koleksi tanaman dataran tinggi kering ini didirikan dengan tujuan untuk mengkoleksi tumbuhan berdaun jarum (Gymnospermae) dari seluruh dunia. Namun, pada perkembangannya kebun raya ini menjadi kawasan konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan tropika kawasan timur Indonesia seperti Bali, Nusa tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Saat ini Kebun Raya Bali memiliki koleksi tumbuhan mencapai 2.171 jenis dan 18.494 spesies tanaman. Jumlah tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun. Selain itu, Kebun Raya Bali juga memiliki koleksi khusus seperti anggrek, kaktus, tumbuhan paku, tumbuhan air, tumbuhan obat, tumbuhan upacara adat, mawar, serta begonia. Bahkan, khusus untuk begonia, Kebun Raya Bali merupakan salah satu kebun raya yang memiliki koleksi begonia terbesar di dunia dengan lebih dari 200 jenis. Hal ini menjadikan Kebun Raya Bali sebagai pusat koleksi dan pengembangan begonia di Indonesia.
Keistimewaan
Konsep yang diusung oleh Kebun Raya Bali sangatlah berbeda dengan konsep kebun raya di Indonesia lainnya. Kebun Raya Bali tidak hanya sebagai pusat konservasi tanaman saja, namun lebih dari pada itu, Kebun Raya Bali juga merupakan perpaduan hutan alam dan tradisi Bali yang lekat dengan nilai-nilai budaya. Bisa dibilang Kebun Raya Bali merupakan simbiosis dari situs purba, kearifan lokal pengobatan, arsitektur, dan sastra lama.
Saat memasuki kawasan Kebun Raya Bali, Anda akan menjumpai gerbang utama yang berbentuk candi bentar (terbelah) seperti yang biasa ditemui di pura-pura Pulau Dewata. Setelah itu, di sepanjang Boulevard Ramayana Anda akan disuguhi pemandangan eksotis yang mengandung wacana sastra lama. Ada jalinan kisah Ramayana yang tersaji melalui deretan 9 patung berukuran besar. Di kanan-kiri patung-patung berjejer deretan bunga kana berwarna merah dengan latar belakang rumput hijau dan lebatnya hutan di kejauhan.
Keunikan lain dari kebun Raya Bali adalah adanya Taman Panca Yadnya seluas 5,53 ha, dengan koleksi tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan, hiasan pura, sesaji, dan kegiatan upacara keagamaan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa eloknya harmoni yang tercipta antara Kebun Raya Bali dengan budaya Hindu. Selain Taman Panca Yadnya, di kawasan ini juga terdapat Taman Usada yang memiliki sekitar 300 jenis tumbuhan berkhasiat dalam sistem pengobatan tradisional Bali. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini juga dapat belajar tentang khasiat dari masing-masing tanaman tersebut. Di dalam kebun raya ini wisatawan juga akan mendapati Herbarium Hortus Botanicus Baliense, Taman Mawar, Taman Anggrek, Taman Cyathea (paku-pakuan), Rumah Kaca Kaktus, Pura Batu Meringgit dan Pura Terate Bang.
Ada banyak aktivitas yang dapat Anda lakukan selama mengunjungi kebun raya ini. Rombongan keluarga biasanya akan duduk-duduk di atas rumput hijau sambil mengawasi anak-anak mereka yang berlarian kesana kemari. Anda yang suka petualangan dapat mencoba berbagai permainan high rope yang tersedia di kawasan ini. Bagi Anda yang ingin berjalan-jalan menyusuri kebun raya ini, pengelola Kebun Raya Bali telah membagi rute perjalanan menjadi beberapa jalur, yakni jalur kuning, jalur ungu, jalur merah, jalur biru, dan jalur burung.
Jalur Kuning berawal dari candi bentar sebagai gerbang utama. Setelah itu Anda akan melewati jalan beraspal, jalan setapak, dan sesekali jalan padang rumput. Di sepanjang jalur kuning Anda akan menemui pohon cemara pandak yang menjadi inang bagi tumbuhan lain seperti paku-pakuan dan anggrek, koleksi tanaman upacara (daun sirih, bunga melati, kayu dadap, kunyit, dan lain-lain), bunga bangkai, tanaman pandan, Pura Batu Meringgit, serta patung Rahwana Jatayu dan Patung Kumbakarna Laga. Rute Jalur Kuning ini melingkar, sehingga perjalanan akan berakhir kembali di pintu utama tempat Anda masuk.
Jalur Ungu disediakan bagi Anda pecinta anggrek. Karena, di sepanjang jalur ungu ini Anda akan menemui berbagai koleksi tanaman anggrek serta koleksi kaktus. Anggrek tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia, namun juga ada anggrek dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Hampir sebagian besar anggrek-anggrek tersebut berbunga sepanjang tahun dengan warna-warna yang mencolok seperti merah, ungu, jingga, maupun oranye. Jika Anda beruntung, Anda akan menemukan bunga anggrek hitam yang sangat terkenal itu.
Jalur Merah merupakan jalur yang melewati koleksi tanaman tradisional masyarakat Bali. Koleksi tanaman tersebut terbagi dalam beberapa jenis, yakni tanaman yang dapat dimakan, tanaman obat, tanaman bumbu masak, tanaman serat yang dapat digunakan sebagai bahan pakaian, tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan tanaman yang biasa digunakan untuk upacara. Selain itu, Anda juga akan melewati rumah tradisional Bali yang unik.
Jalur Biru adalah jalur dengan jalan berbatu yang mengelilingi koleksi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang ada mencapai 200 jenis yang terdiri dari paku suplir, paku pohon, paku rane, paku sarang burung, dan jenis-jenis lainnya. Di jalur biru ini juga terdapat tumbuhan paku yang sangat kuno yakni paku belalai gajah.
Jalur Burung merupakan jalur yang dirancang sedemikian rupa supaya Anda dapat melihat burung di habitatnya langsung. Ada berbagai jenis burung yang akan Anda jumpai di kawasan ini seperti burung isap madu Australia, burung walet sapi, burung tekukur, bondol jawa, dan burung kepodang.
Setelah lelah berjalan-jalan, sempatkanlah diri Anda untuk singgah sejenak ke Pura Ulun Danu yang terletak di tepi Danau Beratan. Suasana damai dan tenang yang ada di tempat itu akan mampu menghapus semua keletihan dan penat Anda. Selain itu, Anda juga bisa mampir ke kafe yang terletak tidak jauh dari Taman Usada.
Lokasi
Kebun Raya Eka Karya Bali terletak di kawasan Bedugul, atau tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Indonesia.
Akses
Akses menuju Kebun Raya Bali tergolong mudah karena tempat ini dapat dicapai menggunakan mobil atau sepeda motor. Kebun Raya Bali terletak 60 km arah utara Kota Denpasar dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Sedangkan dari Singaraja hanya berjarak sekitar 30 km ke arah selatan. Anda tidak disarankan naik angkutan umum karena keberadaanya yang sedikit serta jadwal yang tidak menentu.