Bak badut, bocah bernama Connie Lloyd lahir dengan hidung merah bulat. Selama dua tahun, anak perempuan dari pasangan Zara Green dan Tom Lloyd ini hidup dengan kondisi hidung yang didiagnosis mengidap tumor jinak.
Kondisi itu kerap membuatnya menerima ejekan dari orang yang melihatnya. "Connie sangat malu dan akan memalingkan wajah ketika orang berkomentar atau menunjuk wajahnya," ujar Zara, sang ibu, seperti dikutip Daily Mail.
Namun, gadis pemalu itu akhirnya bisa tersenyum bahagia. Meski sempat didiagnosis tidak bisa sembuh, ia seperti mendapat mujizat ketika tim dokter berhasil mengangkat tumor tersebut dan merekonstruksi hidungnya.
Dokter sudah melihat bercak hitam di hidung Connie saat memeriksa hasil USG janin sang ibu pada minggu ke-26. Namun, tak banyak yang bisa dilakukan. Connie pun lahir dengan sehat pada September 2008.
Orangtuanya baru menyadari tanda merah pada hidung Connie, selang satu hari setelah kelahirannya. Dalam sebulan, tanda tersebut membesar hingga memiliki diameter hampir 4 cm. "Ketika kami melihat hidungnya kami takjub. Dia terlihat berbeda, tapi kami tahu dia adalah anak kami," ia menambahkan.
Spesialis kulit dari RS Great Ormond Street mendiagnosis anak mereka menderita haemagioma atau tumor jinak yang tak dapat disembuhkan. Namun, mereka tak menyerah. Mereka pun menemui dokter bedah Iain Hutchison yang mengkhususkan diri pada pengobatan cacat wajah.
Dokter Hutchion berhasil melakukan operasi pengangkatan tumor pada Maret. Operasi itu berhasil dan hanya menyisakan bekas luka kecil di hidung Connie. "Sebelum operasi, Connie malu akan hidungnya. Bahkan ke dokter saja saya menyembunyikannya di dalam mobil untuk menghindari ejekan orang-orang," ucap orangtuanya.
Ketika Connie berusia empat minggu, hidungnya bulat sempurna bagai hidung badut yang terus merekah. "Kami khawatir karena dokter mengatakan bahwa jika mereka memotongnya, Connie dapat mengeluarkan banyak darah yang bisa berujung pada kematian," ujarnya.
Namun untungnya, operasi dapat berjalan dengan lancar. Kini, Connie memiliki hidung sempurna seperti hidung sang bunda. Ia pun mulai ceria seperti anak sebayanya. (sj)
Kondisi itu kerap membuatnya menerima ejekan dari orang yang melihatnya. "Connie sangat malu dan akan memalingkan wajah ketika orang berkomentar atau menunjuk wajahnya," ujar Zara, sang ibu, seperti dikutip Daily Mail.
Namun, gadis pemalu itu akhirnya bisa tersenyum bahagia. Meski sempat didiagnosis tidak bisa sembuh, ia seperti mendapat mujizat ketika tim dokter berhasil mengangkat tumor tersebut dan merekonstruksi hidungnya.
Dokter sudah melihat bercak hitam di hidung Connie saat memeriksa hasil USG janin sang ibu pada minggu ke-26. Namun, tak banyak yang bisa dilakukan. Connie pun lahir dengan sehat pada September 2008.
Orangtuanya baru menyadari tanda merah pada hidung Connie, selang satu hari setelah kelahirannya. Dalam sebulan, tanda tersebut membesar hingga memiliki diameter hampir 4 cm. "Ketika kami melihat hidungnya kami takjub. Dia terlihat berbeda, tapi kami tahu dia adalah anak kami," ia menambahkan.
Spesialis kulit dari RS Great Ormond Street mendiagnosis anak mereka menderita haemagioma atau tumor jinak yang tak dapat disembuhkan. Namun, mereka tak menyerah. Mereka pun menemui dokter bedah Iain Hutchison yang mengkhususkan diri pada pengobatan cacat wajah.
Dokter Hutchion berhasil melakukan operasi pengangkatan tumor pada Maret. Operasi itu berhasil dan hanya menyisakan bekas luka kecil di hidung Connie. "Sebelum operasi, Connie malu akan hidungnya. Bahkan ke dokter saja saya menyembunyikannya di dalam mobil untuk menghindari ejekan orang-orang," ucap orangtuanya.
Ketika Connie berusia empat minggu, hidungnya bulat sempurna bagai hidung badut yang terus merekah. "Kami khawatir karena dokter mengatakan bahwa jika mereka memotongnya, Connie dapat mengeluarkan banyak darah yang bisa berujung pada kematian," ujarnya.
Namun untungnya, operasi dapat berjalan dengan lancar. Kini, Connie memiliki hidung sempurna seperti hidung sang bunda. Ia pun mulai ceria seperti anak sebayanya. (sj)