VIVAnews - Lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci diyakini memuat kode misterius dan jadi sumber pertanyaan dan debat selama 500 tahun.
Siapa sebenarnya Mona Lisa? Mengapa da Vinci butuh waktu 16 tahun untuk melukisnya? Dan mengapa dia menyimpan lukisan itu hingga akhir hayatnya?
Spekulasi soal kode di balik Mona Lisa pernah diungkap penulis, Dan Brown dalam bukunya 'Da Vinci Code'.
Seperti dimuat laman PR Inside, 10 Juni 2010, seorang investigator asal Los Angeles, Amerika Serikat, Scott Lund juga mengaku memecahkan kode rahasia tersembunyi dalam lukisan Mona Lisa.
Ahli bahasa kuno simbolis itu mengungkapkan, Mona Lisa bukan potret seorang wanita melainkan menunjukkan satu jiwa dalam dua tubuh. Mona Lisa adalah sebuah paradoks dari jiwa perempuan dan laki-laki.
Dalam artikel 'Kode Mona Lisa' yang dipublikasikan dalam Majalah Bel-Air edisi Juni-Juli, Lund menjelaskan bagaimana dan mengapa Da Vinci melukiskan masing-masing elemen itu.
Pertama, Da Vinci menggambarkan penyatuan jiwa ibu dan anaknya yang belum lahir. Da Vinci sedang berusaha untuk memahami misteri penyatuan jiwa -- seperti halnya memahami janin dan rahim.
Ini tantangan Da Vinci untuk tidak melukis tubuh manusia biasa, tapi sebuah jiwa yang membelah diri menjadi dua jiwa yang terpisah.
Sisi kanan 'Mona Lisa menggambarkan laki-laki dan kirinya adalah perempuan.
Alasan Mona Lisa tak memiliki alis atau bulu mata menggambarkan keadaan bayi yang belum lahir. Horizon menggambarkan sisi kanan lebih besar, menggarisbawahi superioritas ibu.
Da Vinci juga menggunakan dualitas Dewa Janus sebagai inspirasi.
'Anima Sol' juga bisa berarti 'jiwa Janus'. Lund menemukan adanya hubungan antara lukisan tersebut dengan Dewa Janus -- dewa berkelamin dua dengan dua wajah berjanggut menghadap ke arah berlawanan.
"Meski janus digambarkan sebagai dewa yang maskulin, dia adalah dewa setengah perempuan [sebagai Jana]. Janus punya sisi seksualitas yang ambigu," kata Lund seperti dimuat Majalah Bel-Air.
Penggambaran Janus dalam 'Mona Lisa' diduga adalah cara Da Vinci menunjukkan identitas seksualnya.
Diungkapkan Lund, alasan butuh belasan tahun menggambar "Mona Lisa' , karena Da Vinci menggunakan teknik sfumato, menggabungkan ribuan titik berwarna.
Bukti bahwa lukisan itu bukan sekedar pesanan wanita kaya yang membayarnya. Perempuan bernama Lisa Gherardini yang disebut-sebut sebagai model 'Mona Lisa' hanya dipakai Da Vinci untuk menggambarkan sisi feminitas.
Juga dimungkinkan Da Vinci menggabungkan lukisan dirinya, Salai - asistennya yang seorang homoseksual, dan Lisa Gherardini.
"Aku hanya punya sedikit keraguan bahwa Mona Lisa adalah ego Da Vinci sebagai wanita yang mencintai dirinya sendiri," kata Lund. (umi)